Pemakaian Bahan Tambahan Pangan (BTP) banyak dilakukan produsen untuk memenuhi selera konsumen. Penggunaan zat yang ditambahkan pada makanan atau minuman disebut sebagai zat aditif. Tulisan ini menyampaikan penggunaan pewarna tekstil sebagai zat aditif yang berbahaya, sehingga perlu diwaspadai. Umumnya masyarakat masih belum memperhatikan akibat yang ditimbulkan setelah mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna tekstil. Pewarna tekstil sebenarnya digunakan pada proses industri selain makanan atau minuman. Kasus zat pewarna tekstil yang digunakan untuk produk makanan sudah sering ditemukan, seperti zat pewarna berbahaya mengandung Rhodamin B dan Methanil Yellow.
|
|
Kebutuhan pemakaian pewarna makanan telah bergeser dari bahan alami beralih ke sintetis dengan pertimbangan kepraktisan. Produksi BTP merupakan hasil ekstrak bahan alami maupun sintetis yang dapat digunakan secara cepat dan praktis. Walaupun pemakaian BTP sintetis cukup membantu pengolahan makanan, namun seringkali masih ditemukan adanya penyimpangan oleh masyarakat dalam hal pemilihan dan dosis pemakaiannya. Sebab lain penyimpangan penggunaan bahan tambahan pangan adalah karena kesengajaan produsen untuk menekan biaya produksi, misalnya penggunaan pewarna tekstil untuk mewarnai saos tomat (Gambar 5). Hal ini dilakukan karena bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan saos tidak sepenuhnya berasal dari buah tomat melainkan ada tambahan bahan dasar lainnya. Pemilihan BTP untuk industri perlu memperhatikan jenis produk yang dihasilkan dan bagaimana BTP memperngaruhi mutu produk tersebut. Dengan demikian dapat dipilih BTP yang mempunyai fungsi seperti yang diharapkan dan tidak bertentangan dengan peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar